Minggu, 21 September 2008



TRADISI SAWANG GATI Desa Jati, terletak di bagian utara wilayah kabupaten purworejo, berjarak kurang lebih 19 kilo meter dari pusat kota Kabupaten। Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan peternak, sebagian lagi sebagai pedagang, PNS, buruh dan lain - lain। Suasana penuh kegotong royongan, itulah ciri yang sangat khas dari warga masyarakat desa yang wilayahnya berbatasan dengan desa Mayung Sari, Kali Jambe, Kamijoro, serta Medono tersbut. Walaupun tidak terlalu signifikan, dari tahun ke tahun desa ini selalu mengalami kemajuan. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai sarana dan prasana yang telah dimiliki. Untuk sarana pendidikan desa jati memiliki sebuah gedung sekolah dasar yang cukup megah, untuk menunjang sarana transportasi, desa Jati telah berhasil membangun jalan aspal sepanjang 900 meter yang di bangun pada tahun 2005. Pada tahun 2006 kembali di bangun sarana jalan yang menghubungkan desa tersebut dengan desa Mayung sari. Kemudian pada tahun 2007 Pemerintah
Desa berhasil membangun jalan rabat beton di sisi selatan desa tersebut, yaitu di dusun Jangkang. Untuk sarana peribadatan saat ini tengah diselesaikan pembangunan Mushola dengan bangunan bertingkat. Pembangunan mushola tersebut hingga saat ini telah menhabiskan biaya sebesar 46 juta rupiah. Dari segi pertanian Desa ini memiliki tiga kelompok tani. Ketiga kelompok tani tersebut masing - asing ikut andil dalam rangka mendukungkemajuan sektor pertanian di Desa yang seluruh warganya menganut agama islam ini. Lebih jauh kalau kita berbicara tentang pertanian, Desa Jati merupakan salah satu penghasil durian, kelapa, kokosan, langsat, duku, salak pondoh, melinjo, petai, jengkol dan lain – lain. Bagi Anda penggemar durian, Desa Jati juga merupakan penghasil durian kususnya di wilayah Purworejo bagian utara. Walaupun selama ini Desa Jati tidak termasuk dalam peta penghasil durian di Kabupaten Purworejo, namun durian yang berasal dari desa ini terkenal lebih enak, karena semua durian yang hasilkan semuanya merupakan durian masak pohon. TRADISI SAWANG GATI Desa Mawa Cara. Begitulah pepatah yang paling tepat untuk mengungkapkan aneka ragam tradisi yang ada dalam masyarakat. Hingga saat ini tampaknya sebagian besar masyarakat kita, masih belum bisa meninggalkan tradisi warisan nenek moyang yang di wariskan secara turun temurun. Hal ini terbukti dengan adanya kebiasaan dari jaman dahulu yang tetap dipepetri hingga saat ini. Tradisi – tradisi tersebut bermacam – macam bentuk dan cara pelaksanaan, serta waktu pelaksanaannya. Namun secara umum tujuannya sama, yaitu sebagai perwujudan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diterima dari Yang Maha Kuasa. Salah satu tradisi yang masih dipegang oleh warga masyarakat adalah Tradisi Sawang gati. Tradisi Sawang Gati ini telah dilaksanakan secara turun temurun oleh warga Desa Jati, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo. Dan untuk tahun ini telah dilaksanakan pada hari sabtu pahing tanggal 23 Februari 2008 yang lalu, atau 15 Sapar berdasarkan penanggalan jawa islam dan 16 sapar menurut penanggalan jawa kuna atau lazim disebut Aboge. BERHARAP BRKAH Seperti halnya grebeg di Yogyakarta atau Jolen di Kali gesing, tradisi Sawang Gati juga dimanfaatkan oleh warga untuk berharap berkah. Hanya saja caranya yang berbeda, bukan dengan cara berebut tumpeng, namun dengan cara sedekah. Orang yang bersedekah dalam tradisi ini bniasa disebut Nyawang Gati. Caranya menyerahkan sejumlah uang kepada panitia yang telah ditunjuk, Setelah beberapa orang Nyawang gati, kemudian Wiyaga menabuh gamelan dan Ledek mulai nayub. Demikian seterusnya. Sementara itu uang sedekah yang terkumpul biasanya digunakan untuk pemeliharaan dan pembangunan Makam Kiai Sawang gati, yang letaknya di Astana Kembar di tengah Desa tersebut. Orang yang nyawang Gati tak hanya dari Jesa Jati maupun Desa - Desa sekitar. Ada juga yang sengaja datang dari luar daerah, salah satunya yang sempat saya temua adalah Bapak Giyanto. Beliau sengaja datang dari Pelelawan, Pekan Baru sengaja datang untuk Nyawang gati. "Ya mudah - mudahan saya diberi keselamatandan rejeki, tapi yang utama ya keselamatan itu" demikian dikatakanya. Selain itu Orang yang Nyawang gati biasanya orang yang mempunyai Nadzar. Tentang siapa sebenarnya Kiai Sawang Gati, Bapak Adi Selo, Sesepuh sekaligus mantan Bekel di Desa itu, menurutnya Kiai Sawang Gati dulunya adalah orang yang tetruka hingga terbentuknya desa Jati. Semasa hidupnya Kiai sawang Gati sangat gemar dengan Tayub atau Ledek.